Puisi pengantar kematian Tomino's Hell
Tomino's Hell
Karya Saizo Yaso's (1919)
Kakak perempuan muntah darah,
Adik perempuan memuntahkan api,
Tomino yang lucu memuntahkan manik-manik kaca,
Tomino jatuh ke neraka sendirian,
Neraka yang gelap dan tak ditumbuhi bunga,
Apakah itu kakak Tomino yang membawa cambuk?
Cambukan meninggalkan bekas memerah yang mengerikan
Mencambuk dan memukul, terus memukul
Sebuah jalan menuju neraka
Apakah kau akan mengantarnya ke neraka yang gelap?
Untuk domba-domba emas, untuk burung bulbul
Aku penasaran berapa banyak yang dimasukkannya dalam kantong kulit
Sebagai persiapan untuk perjalanan ke neraka
Musim semi datang, di hutan dan sungai
Bahkan di sungai dalam neraka yang gelap
Burung bulbul dalam sarang, domba dalam gerobak,
Ada air mata di mata lucu Tomino
Menangis, burung bulbul terbang ke hutan yang hujan
Meneriakkan kerinduan pada adik perempuannya
Tangisannya bergema ke seluruh neraka
Bunga berwarna merah darah mekar
Mengelilingi tujuh gunung dan tujuh sungai di neraka
Tomino yang lucu berjalan sendirian
Untuk menjemputmu ke neraka
Jarum-jarum dalam neraka,
menancap ke dalam daging segar,
Sebagai tanda dari si lucu Tomino.
Puisi ini ditulis oleh Saijo Yaso setelah berakhirnya Perang Dunia I. Banyak yang percaya dia menjelaskan penderitaannya melalui puisi itu karena ayahnya meninggal selama perang. Awalnya, Tomino’s Hell diyakni sebagai penggambaran simbolis dari perasaan kehilangan Saijo yang menderita setelah kehilangan orang yang dicintai, dan dia mengekspresikan emosinya dalam puisi itu.
Comments
Post a Comment